PENDIDIKAN
AKHLAK:
LANDASAN TEORI
MENURUT ISLAM
Makalah
Individual
Dibuat Sebagai
Salah Satu Tugas
Pada Mata
Kuliah Pendidikan Akhlak
Pada Program
Studi Pendidikan Islam
Dosen:
Dr. H. Uus
Ruswandi, M.Pd.
Dr. Hj. Aan
Hasanah, M. Ed
Oleh:
Jamal Abdul
Nasir
NIM.
3.215.2.1.037
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG
DJATI BANDUNG
TA 2016
KATA
PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ
الرًّحْمنِ الرًّحِيْمِ
Al-Hamdu
lillahi rabbi Al-‘Alamin, Sholatun wa salamun ‘ala Rosulillah Muhammad khatam
al-anbiya’i wa ar-rusuli.
Selanjutnya,
saya bernama Jamal Abdul Nasir mengucapkan dengan penuh hormat kepada Prof Dr.
H. Uus Ruswandi, M.Pd. dan Dr. Hj. Aan Hasanah, M. Ed - sebagai
Dosen dalam mata kuliah Pendidikan Akhlak Program Pascasarjana Program Studi
Pendidikan Islam Strata 3 – yang telah memberikan saya kepercayaan dalam
membuat makalah dengan judul: Pendidikan Akhlak: Landasan Teori Menurut
Islam.
Makalah
ini akan dipresentasikan dalam beberapa pendekatan, 1. Presentasi dilaksanakan
dalam bentuk kajian teks makalah yang akan dibagikan kepada rekan mahasiswa, 2.
Presentasi akan dilakukan dengan memakai program Power Point, menjelaskan
garis-garis yang dianggap menjadi core makalah, dan selanjutnya 3.
Presentasi dilaksanakan dengan membuka dialog sharing, 4. Presentasi
dari Dosen (sebagai konfirmasi bahasan).
Pembuatan
makalah ini tentu tidak akan sepenuhnya sempurna, pasti ada kekurangan yang
ditimbulkan dari berbagai sisi, maka sebab itulah saya membuka motivation
critic dari semua.
Demikian
Kata Pengantar ini dibuat dan disampaikan, asykuru syukron katsir ‘ala
ihtimamikum.
Penyusun
Jamal Abdul
Nasir
BAB
I
PENDAHULUAN
Core
ajaran Islam dalam diri makhluknya adalah terbentuknya makhluk yang
berakhlak dan bermoral yang baik, artinya segala aktifitas dan proses dari
hati, pikiran dan ucapan dengan ditopang sebelumnya dengan akar wahyu; maka
tindakan berupa perilaku lah yang disebut dengan akhlak atau dalam istilah
Indonesia sering dikenal dengan karakter di halayak umum, kalau di Islam
istilah akhlak sudah sangat dalam dan dirasa cukup dengan akhlak.
Muhammad
saw pernah mengatakan dalam salah satu haditsnya bahwa Muhammad diutus Allah
swt pada intinya -dengan perantaraan Quran- adalah untuk pembentukan akhlak
dalam diri makhluk Allah swt.
Islam
sangat menjunjung tinggi pembentukan makhluk Allah yang sangat baik dipandangan
sesame makhluk dan dipandangan Allah. Akhlak lah yang menjadi daya gerak dari
perbuatan, perkataan, penerimaan iman, hasil pikiran makhluk. Maka dengan
akhlak ini lah juga yang menjadikan ukuran Allah untuk dijadikannya masuk
neraka ataukah masuk surge.
Namun
patut untuk memberikan ihtimam pada indicator tertinggi dalam
pembentukan akhlak itu, mana yang lebih cocok sebagai indicator tertinggi
terbentuknya akhlak, jawabannya ada dalam salah satu hadits Muhammad yang matannya
adalah sebagai berikut: “ketahuilah bahwa dalam jasmani manusia ada
segumpalan daging, ketika dagingnya baik maka jasmani manusiapun akan baik, dan
jika daging itu rusak maka jasmani pun akan rusak, segumpal daging itu adalah
hati. Tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam hadits ini sebenarnya tidak
berbicara mengenai perilaku akhlak, melainkan berbicara mengenai kesehatan
hati, dan terbukti memang jika hatinya kotor secara kesehatan akan menjadikan
jasmani menjadi rusak, dalam ilmu medis sering disebut dengan penyakit kuning
atau liver, karena hati yang rusak. Namun kemudian hadits ini diambilkan kias
dengan illat yang sama, cuman perbedaannya terletak pada psikologis bukan pada
pisik. Artinya akhlak yang muncul dari hati akan tertransformasikan menjadi
perbuatan yang melibatkan jasmani, oleh karenanya hadits di atas ini memang
satu illat dan bisa dikiaskan.
Pembicaraan
akhlak ini terletak pada konsekuensi penerimaan makhluk terhadap ajaran Allah
yang dibawa Muhammad saw, ketika diterima dan diaplikasikan, itulah cermin
akhlak baik, dan ketika memang dilarang maka ditinggalkan, itulah cermin akhlak
yang jelek yang harus ditinggalkan, dan ketika akhlak jelek malah diaplikasikan
maka konsekuensi jaminan Allah yang selalu dibicarakan dalam Quran akan berbeda
orientasi, contoh makhluk yang berakhlak baik maka orientasi Allah kepadanya
adalah surge, adapun ketika makhluk berakhlak jelek, maka orientasi Allah
kepadanya adalah neraka, artinya Allah memberikan prioritas jaminan utama
kepada seluruh makhluk untuk masuk surge, karena seluruh makhluk berawal dari
keimanan pada Allah dan dalam keadaan fitrah (innate nature) artinya
tidak ada reword maupun hukuman, kalau dikiaskan dalam barang adalah seperti
hardisk kosong berlum terisi apapun. Beda halnya ketika makhluk telah mencapai taklif
hokum atau keberlakuan hokum, misal laki laki umumnya mendapat keberlakuan
hokum ketika menginjak usia lima belas dan untuk perempuan ketika menginjak
umur Sembilan, atau ada yang memakai hadits bahwa keberlakuan hokum Allah pada
makhluknya adalah ketika pertama kalinya ihtilam atau mimpi basah
sebagai tanda sudah mencapai balighnya makhluk.
Sebenarnya
perintah berkahlak baik ini tidak untuk Allah tetapi untuk makhluk itu sendiri,
misal antar makhluk saling berakhlak baik satu sama lain maka akan menghasilkan
maslahat yang luar biasa, juga di hadapan Allah akan medapat surge, tetapi
sebaliknya ketika antar makhluk berakhlak buruk maka kekacauan dan kekerasan
yang terjadi dan dihadapan Allah masuk neraka. Maka dari itu sudah sepatutnya
sebagai orang Islam untuk mencotoh tauladan Muhammad saw yang akhlaknya adalah
akhlak Quran (kana khuluquhu al-Quran) sehingga sebagai makhluk Allah
dan sebagai umat Muhammad saw bisa mengikuti jejak langkah kebenarannya dan
dalam kehidupan kekal kelak langusng masuk surge tidak ada hukuman ke neraka. Amin.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kosep Pendidikan Akhlak
Akhlak berasal dari
kata Arab yang artinya tingkah laku, perbuatan, perangai, tabiat, watak, moral,
etika, dan lingkup akhlak ini meliputi psikologis, daya pikir dan tingkah laku
lahir dan batin.[1]
Akhlak menurut Ghazali adalah daya penggerak yang tertanam dalam
jiwa yang akan mendorong untuk berbuat perbuatan perbuatan yang sifatnya
spontanitas tanpa perlu piker piker dahulu, artinya akhlak ini merupakan
tingkah laku dan perbuatan yang dikeluarkan dalam bentuk jasmani baik melalui
ucapan, indera, dan segala perbuatan pisikal.[2]
Akhak adalah inti ajaran Quran dan hadits yang dibawa Muhammad saw,
semua ajaran yang ada di dalamnya merupakan proses dan usaha untuk membentuk
akhlak, dan tidak main main Allah dalam hal ini, Allah menjaminkan kehidupan
yang layak dan kekal bagi para makhluknya yang berakhlak baik sebagai reword
dan juga member kehidupan yang tidak layak dan kekal bagi para makhluknya yang
berakhlak di luar tuntunan Quran dan hadits Muhammad saw, yakni jahannam, na’udzubillah
min dzalik.
Tujuan akhlak ada tiga yakni 1) mendapatkan ridha Allah, 2)
membentuk pribadi muslim yang sesuai Quran dan hadits, 3) mewujudkan perbuatan
yang baik dan jauh jauh dari perbuatan jelek. Dengan tiga tujuan ini sebenarnya
intinya terletak pada kemaslahatan hidup antar sesame makhluk Allah di dunia
dan keselamatan makhluk di akhirat dan bisa mendapatkan surge yang sesungguhnya
sebagai tempat hidup yang kekal.[3]
Berdasar sifatnya, akhlak bisa dibagi menjadi dua yakni 1) akhlak mahmudah
(terpuji), 2) akhlak madmumah (buruk). Akhlak terpuji artinya akhlak
yang ditimbulkan dari aplikasi Quran dan tauladan Muhammad saw secara
keseluruhan, adapun akhlak jelek ditimbukan dari bawaan naluri makhluk dan
tidak secara keseluruhan mengaplikasikan Quran dan tauladan Muhammad saw.[4]
Berdasar objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua yakni; 1) akhlak
kepada Allah dan 2) akhlak kepada sesame makhluk Allah yang meliputi a) akhlak
pada rasulullah, b) akhlak pada keluarga, c) akhlak pada diri sendiri, d)
akhlak pada sesame makhluk (orang lain), dan e) akhlak terhadap lingkungan dan
alam.[5]
Dalam Akhlak Tasawwuf objek akhlak haya satu yakni membahas perbuatan manusia
dan menentukan mana yang baik dan yang buruknya.[6]
Pendidikan akhlak artinya
penggemlengan diri makhluk untuk mengenal, mengetahui, memahami dan akhirnya
dapat mewujudkan akhlak dari diri makhuk secara automatisasi hasil integrasi
dan interkoneksi antara hati, pikiran, perkataan, indera, lantas kemudian bisa
melahirkan output berupa perbuatan akhlak.
Puncak dari pendidikan akhlak ini
ada tiga yakni 1) irsyad (mampu membedakan mana perbuatan baik dan
buruk), 2) taufiq (perbuatan sesuai dengan tuntunan rasulullah dalam
Quran dan hadits), 3) hidayah (hobi melaksaakan perbuatan baik dan
terpuji serta senantiasa menghindari segala perbuatan yang buruk dan tercela).[7]
Lebih spesifik dan lebih religious
lagi bahwa kesimpulan dari pendidikan akhlak (akhlak baik) adalah terbentuknya
tiga poin dalam diri makhluk yakni 1) keimanan yang kuat pada Allah dan efek
domino keimanan pada Allah yakni kepada malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan
ketetapan Allah, 2) takwa sebagai kawat yang mengikat tekad perbuatan yang
seharusnya diperbuat yakni perbuatan yang Qurani dan taluadan rasul, sangat
takut kepada Allah dalam arti senantiasa taat sepenuhnya kepada ajaran Islam
dan sangat takut untuk berbuat di luar mekanisme ajaran Islam, 3) amal baik
artinya perwujudan dan aktualisasi diri dari penerimaan keimanan dan ketakwaan
sepenuhnya adalah terbentuk dan lahirnya perbuatan perbuatan baik dari diri
makhuk.[8]
B.
Integrasi dan Interkoneksi Pembentuk Akhlak
Akhlak terbentuk tidak dengan sendirinya, tetapi merupakan satuan
dari berbagai komponen sebagai keterpaduan satu sama lain sehingga menghasilan
akhlak. Analoginya seperti rangkaian komponen computer yang terdiri dari
berbagai hardware seperti prosessor, motherboard, ram, hardisk, dan sebagainya
yang kemudian membentuk satu unit computer yang siap dimasukan software dan
akhirnya adalah pengamalan software itu yang ditimbulkan dari hasil pemaduan
hardware. Ini juga yang terjadi dalam pembentukan akhlak yang dapat melibatkan
berbagai komponen.
Ada tiga komponen manusia yang dapat memberikan kontribusi sangat
dominan yakni 1) ruhiyah, 2) jasmaniyah, 3) fikriyah.[9]
Komponen jasmani yang terlibat langsung dalam penyusunan timbulnya
akhlak yakni 1) hati (Qashr, shadr, qalb, fu’ad, syaghaf, lubb, sir),
jasmani (otak, indera, dan anggota tubuh luar manusia). Adapun komponen rohani
yang terlibat langsung dalam pembentukan Allah adalah 1) wahyu Allah melalui
Muhammad yakni segala ajaran keimanan dalam Quran dan hadits, 2) hidayah,
3) naluri ilahiyah (keimanan) yang tertanam dalam hati. Sedangkan
komponen pikiran yang memberikan pengaruh terbentuknya akhlak adalah segala
materi ilmu yang sifatnya dipelajari yang kemudian masuk dalam ranah kognisi
sehingga menjadikan bahan singkronisasi antara ruhiyah dan fikriyah.
Kesemua komponen ini merupakan satu kesatuan yang saling mengikat satu sama
lain yang lantas kemudian membentuk satu unit perangkat pembentuk akhlak yakni
manusia (perangkat yang dicipatkan Allah yang begitu sempurna).
Berdasar sifat pembentukan akhlak, terdapat berbagai komponen yang
saling terkait (interkonektif) untuk membentuk akhlak yakni nafsu nafsu. Para
nafsu ini saling terkait satu sama lain untuk membentuk akhlak, misal untuk
membentuk akhlak baik nafsu yang terlibat adalah a) nafsu kamilah yang
berada dalam pikiran makhluk, nafsu ini mirip fungsinya dengan irsyad
artinya kemampuan memilah dan memilih suatu yang pasti, b) nafsu radiyah
artinya nafsu yang berada dalam wilayah psikologi atau ruhiyah yang
terpusat dalam hati, nafsu ini muncul karena rasa humanism yang sangat
tinggi, c) nafsu mulhimah, nafsu ini masih satu tipe dengan nafsu radiyah,
d) nafsu mardiyah artinya nafsu keimanan yang super, disebut juga pusat
nafsu yang dikendalikan dengan keimanan yang tinggi, e) nafsu muthmainnah mirip
dengan nafsu radiyah dan mulhimah. Satu sama lain antar nafsu ini
saling interaksi komponen, komponen nafsu kamilah yang berada dalam
pikiran melakukan interaksi dengan nafsu yang berada dalam dada, satu sama lain
saling interkonektif. Artinya pembentukan akhlak itu tidak dengan sendirinya
terbentuk tetapi melalui penggabungan berbagai komponen hardware tubuh dan
software tubuh yang telah didapatkan. Catatan bahwa apabila software tubuh itu
bukan software baik, maka akhlak yang ditimbulkan pun akan tidak baik. Lebih
tepatnya integrasi dan interkoneksi pembentuk akhlak bisa digambarkan dalam
gambar di bawah ini;
Integrasi komponen yang dimaksud adalah integrasi hardware makhluk
yakni apa yang sifatnya pisik (material) dalam diri –itulah hardware- seperti
indera, akal pikiran, hati, tangan, kaki dan semua anggota tumbuh lainnya itu
dinamakan hardware, fungsinya sebagai alat untuk mengaktifkan software.
Software yang dimaksud tidak bersifat pisik (materi) yang terlihat langsung
dalam tubuh, -walau memang internalisasi dan transformasi software itu bersifat
mareri, tetapi ketika software itu terinstal maka tidak akan langsung terlihat
nyata, karena ada dalam tubuh yang terjalankan karena ada hardware. Untuk
software pembentuk akhlak baik ini digunakan software Quran dan hadits dan
logika ijtihad berupa pengembangan dari Quran dan hadits itu sendiri. Nah dari
hasil penginstalan software inilah akan bisa terbentuk berupa output akhlak
baik yang akan terlihat secara pisik (materi) dan bisa juga tidak nampak. Dan
dalam integrasi antar sesame hardware dan sesame software serta antar keduanya
inilah yang disebut interkoneksi komponen sehingga membentuk akhlak. Lebih jauh
lagi dari akhlak ini kemudian ada evaluasi dari Allah berupa hisab (istilah
Islam) di satu tempat bernama Mahsyar, semua makhluk akan dikumpulkan Allah dan
kemudian dikasihkanlah buku accounting hasil perbuatan (akhlak) di dunia
selama hidup. Di waktu itu pula singkronisasi data keseluruhan hidup di dunia
telah dicopy Allah untuk dihitung, ketika akhlak perbuatan yang dilaksanakan
makhluk itu baik maka rewordnya surge Allah, di sinilah waktu kekal
dimulai, setelah kehidupan kekal ini dimulai, jasad dan ruh disatukan kembali
sehingga berbentuk unit mesin (integrasi dan interkoneksi hardware) hanya saja
pada waktu ini (pasca dunia) software yang digunakan adalah bebas dan tidak
terikat hokum di dunia (Quran hadits dan ijtihad), inilah reword Allah
yang terbesar untuk makhluknya.
Itu maksud dari makna integrasi dan interkoneksi, ada yang
beroperasi dalam diri makhuk dan kehidupan dunianya, ada yang bermakna
integrasi dan interkoneksi lintas dunia artinya vertical antara Allah dan
makhluknya.
C.
Landasan Teori Akhlak Perspektif Islam
Berbicara tentang akhlak baik artinya berbicara keseluruhan ajaran
Quran dan hadits, banyak dalil Quran dan hadit mengenai keagungan akhlak dan
tuntutan untuk berakhlak baik; artinya inti dari ibadah sebenarnya berbuat baik
(berakhlak baik) yang indicator kebaikannya itu diukur oleh Quran dan hadits.
Prinsip yang harus dipegang sebagai landasan teori adalah hakikat
penciptaan makhuk terutama manusia sebagai penghamba Allah, artinya hidup
manusia hanya beribadah saja, apapun aktifitasnya harus dijadikan nilai ibadah
yang sesuai Quran dan hadits, nah kesesuaian perbuatan dengan Quran dan hadits
inilah yang disebut dengan akhlak baik, dan ketidak sesuaian dengan Quran dan
hadits yang disebut akhlak buruk.
Landasan Ubudiyah
Dalam Quran dipaparkan fungsi dan tujuan makhluk yang bernama
manusia dicipatakan di bumi;
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
Aku (Allah) tidak pernah ingin menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepadaku (Allah). (QS. Az-Zariyat: 56).
Landasan
Quraniyah
Rasulullah Muhammad saw adalah contoh tauladan yang dijamin Allah
surge baginya;
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ قَالَ
حَدَّثَنَا مُبَارَكٌ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامِ بْنِ عَامِرٍ قَالَ
أَتَيْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَخْبِرِينِى بِخُلُقِ
رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. قَالَتْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ) قُلْتُ فَإِنِّى أُرِيدُ أَنْ أَتَبَتَّلَ.
قَالَتْ لاَ تَفْعَلْ أَمَا تَقْرَأُ (لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ) فَقَدْ تَزَوَّجَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَقَدْ
وُلِدَ لَهُ.
Arti matan: Saad bin Hisyam bertanya pada Aisyah: wahai ibunya pada
mukminin kabarkan kepadaku mengenai akhlak Rasulullah saw, Aisyah menjawab;
akhlaknya adalah akhlak Quran, adapun kalau dalam Quran rasul disebut sebagai
akhlak yang agung,… (HR. Ahmad).
Landasan Uswah Hasanah
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Artinya;
dalam diri Rasulullah terdapat tauladan yang baik. (QS. Al-Ahzab: 21).
Landasan
Nadhafah
Dalam satu hadits dikatakan bahwa titik pembentuk akhlak dan
menjadi efek domino terhadap komponen jasmani lainnya seperti akal dan indera
adalah hati, ketika hati bermaksud baik, insyallah perbuatan dan pikirnya baik;
- أخبرنا أبو محمد جناح بن نذير بن جناح
المحاربي بالكوفة ثنا أبو جعفر محمد بن علي بن دحيم ثنا أحمد بن حازم أنا يعلى بن
عبيد والفضل بن دكين قالا ثنا زكريا بن أبي زائدة ح وأخبرنا أبو عبد الله الحافظ
ثنا أبو بكر بن إسحاق إملاء أنا موسى بن الحسن بن عباد وعمرو بن تميم الطبري قالا
حدثنا أبو نعيم قال ثنا زكريا عن الشعبي قال سمعت النعمان بن بشير يقول سمعت رسول
الله صلى الله عليه و سلم : يقول الحلال بين والحرام بين وبينهما مشتبهات لا
يعلمها كثير من الناس فمن اتقى الشبهات استبرأ لعرضه ودينه ومن وقع في الشبهات وقع
في الحرام كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يواقعه ثم ان لكل ملك حمى ألا وإن حمى الله محارمه ألا إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح
الجسد كله وان فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب رواه البخاري في الصحيح عن
أبي نعيم الفضل بن دكين وأخرجه مسلم من أوجه عن زكريا بن أبي زائدة
Arti
matan; “ketahuilah bahwa dalam jasmani manusia ada segumpalan daging,
ketika dagingnya baik maka jasmani manusiapun akan baik, dan jika daging itu
rusak maka jasmani pun akan rusak, segumpal daging itu adalah hati. (HR.
Baihaqi).
Oleh karena itulah orang NU sering
kali menginginkan perubahan pertama yang ditarget dalam diri manusia adalah
hati, sering sekali dalam doa orang orang NU Tua ini doa doa yang diambil dari
qashidah seperti salah satunya adalah doa untuk kelembuatan hati manusia agar
taat pada Allah dan rasul berikut;
والف قلوب
العالمين جميعها على رسالة النور واعطها القبول بشلمهت
Artinya;
dan lembutkanlah hati hati semua makhluk di alam raya, dengan risalah cahaya
(wahyu Allah), berikanlah ijabah dengan namamu syalmahat.
Landasan
sabab wa ta’tsir
Berakhlak
baik sebenarnya tidak dibutuhkan Allah, tetapi untuk makhluk itu sendiri, baik
kemaslahatannya di dunia maupun meraih surganya Allah;
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ
فَعَلَيْهَا
Siapa
saja berbuat baik maka itu untuk dirinya sendiri, dan begitupun ketika berbuat
jelek maka dampaknya untuk dirinya juga. (QS. Fushilat: 46).
Landasan
Madah
Berakhlak
baik atau berbuat suatu kebaikan adalah pemberat timbangan amal saleh di saat
hisab kelak, Allah menghitung segala apa yang telah diperbuat makhluk walau
sekecil apapun;
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Artinya;
siapa saja berbuat baik sekecil apapun, Allah melihat perbuatan itu, dan
sebaliknya siapa berbuat jelek sekecil apapun Allah melihatnya. (QS.
Al-Zalzalah: 7-8).
Hadits
yang dijadikan landasan teori pendidikan akhlak baik ini, saya ambil salah satu
hadits mengenai integrasi dan interkoneksi kehidupan dengan alam kiamat
berikut;
نا
نعيم قال : نا ابن المبارك قال : أنا أبو بكر الهذلي ، عن سعيد بن جبير ، عن عبد
الله بن مسعود قال : « يحاسب الناس
يوم القيامة ، فمن كانت حسناته أكثر من سيئاته بواحدة دخل الجنة ، ومن كانت سيئاته
أكثر من حسناته بواحدة دخل النار » ، ثم قرأ ( فمن ثقلت موازينه فأولئك هم المفلحون ومن خفت
موازينه فأولئك الذين خسروا أنفسهم (1) ) ثم قال : « إن الميزان يخف بمثقال حبة ،
أو يرجح ، قال : ومن استوت حسناته وسيئاته كان من أصحاب الأعراف ، فوقفوا على
الصراط ، ثم عرفوا أهل الجنة ، وأهل النار ، فإذا نظروا إلى أهل الجنة نادوا سلام
عليكم ، وإذا صرفوا أبصارهم إلى يسارهم نظروا إلى أصحاب النار ، قالوا : ( ربنا لا
تجعلنا مع القوم الظالمين (2) ) فتعوذوا بالله من منازلهم ، قال : فأما أصحاب
الحسنات فإنهم يعطون نورا يمشون به بين أيديهم وبأيمانهم ، ويعطى كل عبد يومئذ
نورا ، وكل أمة نورا ، فإذا أتوا على الصراط سلب الله نور كل منافق ومنافقة ، فلما
رأى أهل الجنة ماذا لقي المنافقون قالوا : ( أتمم لنا نورنا (3) ) وأما أصحاب
الأعراف فإن النور كان في أيديهم ، ومنعتهم سيئاتهم أن يمضوا بها ، فبقي في قلوبهم
الطمع ، إذ لم ينزع النور من أيديهم ، فبذلك يقول الله تبارك وتعالى : ( لم
يدخلوها وهم يطمعون (4) ) فكان الطمع النور في أيديهم ، ثم أدخلوا بعد ذلك الجنة ،
وكانوا آخر أهل الجنة دخولا » ، قال : وقال ابن مسعود وهو على المنبر : « إن العبد
إذا عمل حسنة كتب له بها عشرا ، وإذا عمل سيئة لم يكتب عليه إلا واحدة ، ثم يقول :
هلك من غلبت وحداته أعشاره »
Artinya
matan; manusia akan dihisab di hari kiamat, siapa saja akhlak baiknya
lebih banyak dari pada akhlak buruknya (walau hanya beda satu persen saja) maka
masuk surge, dan siapa saja akhlak buruknya lebih besar dari pada akhlak
baiknya (walau satu persen) maka masuk neraka. (HR. Baihaqi).
Inti
landasan teori mengenai pentingnya pendidikan akhlak ini adalah sebagai
berikut;
a.
Makhluk
Allah diciptakan untuk beribadah kepada Allah
b.
Hasil
dari ibadah dalam setiap kehidupan itulah yang disebut perbuatan akhlak
c.
Akhlak
adalah inti dari ibadah dan akan dipertanggung jawabkan
d.
Semua
komponen yang ada dalam diri manusia merupakan satu kesatuan dalam membentuk
akhlak
e.
Akhlak
baik adalah jaminan masuk surgenya Allah walau hanya selisih satu persen saja
dalam penghitungan timbangan.
D.
Isu Isu Pergeseran Orientasi Akhlak Kontemporer
Pergeseran orientasi akhlak Quran dan hadits sekarang ini sudah
marak terjadi, tidak dapat dielakkan terhadap keberadaannya. Sering kali
komponen pembentuk akhlak sebagaimana dijelaskan di atas, sekarang ini saling
dikotomi dan bahkan kontradiksi satu komponen dengan komponen lain.
Dalam Quran sering kali didengar dan bahkan semuanya sudah mafhum
akan dalil ini;
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
Aku (Allah) tidak pernah ingin menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepadaku (Allah). (QS. Az-Zariyat: 56).
Core
pencipataan makhluk seperti di atas ini (manusia dan jin) memang
Allah ciptakan untuk beribadah kepada Allah saja, dan indicator apa saja yang
bisa dimasukan dalam kategori ubudiyah; jawabannya adalah segala apapun
yang ditemui dalam kehidupan harus merupakan bentuk pengibadahan kepada Allah
swt, bagaimana caranya; Allah telah turunkan Quran melalui pengutusan Muhammad,
inilah sumber dan kaifiyah bagaimana hidup untuk ibadah, dan inti dari
ibadah semuanya terletak pada pengupayaan untuk menjelmakan, membentuk akhlak
dalam diri makhluk;
أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ
يُوسُفَ الأَصْبَهَانِىُّ أَنْبَأَنَا أَبُو سَعِيدِ بْنُ الأَعْرَابِىِّ
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ : مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْمَرْورُّوذِىُّ حَدَّثَنَا
سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنِى
مُحَمَّدُ بْنُ عَجْلاَنَ عَنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِى صَالِحٍ عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- :« إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ ». كَذَا
رُوِىَ عَنِ الدَّرَاوَرْدِىِّ.
Arti
matan; Aku (Rasul) diutus untuk mengutamakan pembentukan akhlak baik.
(HR. Baihaqi).
Kembali
lagi pada bahasan pergeseran orientasi di atas, bahwa kebanyakan kejadian yang
tengah terjadi dalam kehidupan makhluk terutama manusia adalah pergeseran
orientasi dari prinsip hidup untuk ibadah bergeser menjadi hidup untuk ‘adzabah.
Sering kali alasan makhluk -memprioritaskan dan mendikotomikan serta tidak
melakukan integrasi dan interkoneksi komponen manusia dalam membentuk akhlak
baik- adalah karena kebutuhan hidup dunia, mereka sering kali mengkonstruk
dalil Allah sebagai pengingat bahwa hidup ibadah untuk akhirat tidak berarti
melupakan nasibnya saat di dunia, ini salah arti, padahal arti dalam dalil ini
sebenarnya adalah penegasan dan penguat bahwa akhirat adalah kehidupan kekal,
dalam kalimat selanjutnya dilakukan pengingatan untuk tidak melupakan nasibnya
ketika pergi dari dunia (min ad-dunya) bukan memakai huruf fi (dalam)
dan sebagainya yang berorientasi dalam dunia. Artinya apa, pergeseran mulai
dari salah paham penerimaan software saja sudah banyak terjadi, tadi di atas
dijelaskan pula pergeseran –lebih pasnya pendikotomian- antara komponen satu
dan lainnya. Contoh komponen hati berlainan dengan komponen akal pikiran,
berbeda dengan komponen indera, berbeda dengan komponen yang lainnya –ini semua
dikotomi dan tidak sama sekali saling interkoneksi; padahal dalam Islam –sebagaimana
tergambar dalam gambar bentuk integrasi dan interkoneksi di atas, jelas bahwa
konsep ubudiyah makhluk adalah integratif dan interkonektif.
Jelasnya
dalam Islam lebih pas dengan istilah Islam hati, Islam akal, Islam Perbuatan,
artinya semua komponen bermula dari software yang diinstal bermula pada hati
dan pikiran melalui pengajaran, lantas kemudian dapat membentuk output yang
selaras dengan isi hati dan isi pikiran dalam bentuk perbuatan, nah perbuatan
inilah yang disebut dengan akhlak. Ternyata jasmani dan ruhani makhluk itu
terlibat langsung dalam ubudiyah pada Allah yakni terbentuknya pribadi
yang berakhlak baik secara automatis sebagaimana tamsil di atas pada unit
computer.
Kesimpulannya
bahwa isu mengenai pergeseran orientasi ubudiyah dan pergeseran akhlak
ada beberapa sebab yakni;
a)
Software
iman yang gagal install atau tidak sempurna instalnya
b)
Hardware
yang sangat terbuka untuk dijadikan overclocking komponen lain sehingga
software bercampur (artinya software Quran dan hadits serta ijtihad ditambah
lagi dengan software makhluk) dan ditambah dengan antivirus yang kurang kuat
menangani berbagai software yang masuk
c)
Ketidaktahuan
makhluk akan inti ibadah sehingga fungsi integrative serta interkonektifnya
komponen dalam diri makhluk kacau
d)
Godaan
virus (syetan) yang tiap detik akan menggota makhuk Allah.
Akibat
yang dapat ditimbulkan dari keadaan yang tidak sesuai atau agak menyeleweng
dari Allah dan rasul adalah mendapatkan dosa, dan menghalangi jalan untuk
pembentukan akhlak baik. Dalam Al-Islam 2 disebutkan bahwa indicator dosa (akhlak
jelek) itu adalah sebagai berikut;
a.
Adanya
sifat rububiyah dalam diri makhluk. Sifat rububiyah Allah seperti
sombong, takabur, cinta pujian dan sanjungan, cinta keabadian dan suka mencari
ketinggian diri; semuanya jika adalah dalam diri makhluk akan menjadikan
pendorong terbentuknya dosa dosa besar oleh makhluk, oleh karena itu cukup
Allahlah yang memiliki sifat rububiyah, manusia bukan untuk memilikinya
tetapi untuk beribadah kepada Allah.
b.
Adanya
sifat syaithaniyah dalam diri makhluk. Sifat setan ini seperti
kedengkian, kezaliman, penipuan, pengelabuan, ajakan kerusakan dan kemungkaran,
kecurangan, kemunafikan, kebohongan; semuanya termasuk indicator terbentuknya
dosa dosa besar
c.
Adanya
sifat bahimiyah dalam diri makhluk. Sifat hewan ini seperti rakus, tamak
terhadap pemenuhan syahwat perut dan kemaluan yang lantas memicu terjadinya
zina, homoseksual, lesbian, transjender dan biseksual; pencurian, memakan harta
anak yatim dan menumpuk harta dunia untuk pemenuhan syahwat; semuanya merupakan
indicator dosa besar
d.
Adanya
sifat sabu’iyah dalam diri makhluk. Sifat buas ini seperti marah, benci,
menyerang makhluk dengan pukulan, caci maki, membunuh, menyakiti, merusak-
semuanya merupakan indicator dosa besar.
Indicator
penghalang akhlak baik di atas memang sulit dibuang dalam diri makhluk terutama
manusia yang diwajibkan Allah untuk ibadah dalam upaya membentuk akhlak baik,
upaya menghilangkannya adalah hanya bisa ditempuh dengan reorientasi hidup dan
pemaduan serta penginterkoneksian komponen komponen tumbuh makhluk dan
penginstallan ulang (reinstall) software agar baru kembali dan memulai lembar
baru dengan jalan taubat nasuha;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ
سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ
يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا
نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maksud arti taubat nasuha adalah
taubat yang sebenar benarnya, artinya segala bentuk dosa dan akhlak buruk-
semuanya tidak diulangi dan berganti dengan hidup focus ibadah dan selalu tanpa
henti henti berbuat dengan akhlak baik secara automatis, ini taubat nasuha.
Walaupun dalam mahsyar kelak ada hisab antara akhlak baik dan buruk tetapi
Allah janjikan ketika makhluk taubat nasuha, maka mudah mudahan –kata Allah-
memasukannya dalam surge.
BAB
III
KESIMPULAN
Akhlak
merupakan tingkah laku yang material terlihat oleh oleh indera dan terlihat
enak oleh rasa dan terlihat secara sir oleh Allah. Akhlak adalah inti dari
ibadah. indicator keberhasilan meraih akhlak baik ini adalah pengamalan ajaran
dalam Quran dan meneladani gaya dan mekanisme hidup rasulullah saw. Allah tidak
membutuhkan akhlak baik makhluk, tetapi makhluklah yang membutuhkan dan
berkepentingan terhadap nasibnya terlebih di akhirat dan umumnya dapat
menjalankan hidup tentram dalam dunia.
Pendidikan
akhlak sangat urgen untuk dilakukan dalam kehidupan makhluk khususnya manusia, selain
sebagai tuntutan Allah untuk menyampaikan hidayah-Nya kepada seluruh manusia,
juga sebagai jaminan kehidupan makhluk dalam alam kekal.
Landasan
teori yang dipakai dalam pendidikan akhlak baik ini adalah Quran surat
Az-Zariyat:56 (ketetapan ubudiyah), HR. Ahmad (tauladan akhlak Quran),
surat Al-Ahzab: 21 (tauladan Muhammad saw), HR Baihaqi (kesehatan ruh dan
jamani), surat Fushilat: 46 (prinsip menanam-memanen), HR. Baihaqi (hisab
akhlak baik-akhlak buruk).
Sebagai
catatan bahwa pembentukan akhlak baik melibatkan seluruh komponen tubuh baik
nampak maupun tidak nampak, ada tiga komponen mayor dalam tubuh yang menjadi
hardware pembentuk akhlak baik yakni hati, akal pikiran dan tubuh material luar
sebagai penggerak perbuatan; adapun software untuk diinstall dalam hardware ini
(untuk membentuk akhlak baik) adalah Quran dan hadits serta pengembangan
keduanya (ijtihad). Ketika hardware dan software bekerja, maka outputnya
dipastikan adalah akhlak baik, adapun evaluasinya langsung oleh Allah dalam
mahsyar dengan prinsip copy file history perbuatan dalam hardisk
makhluk.
Intinya
pendidikan akhlak baik ini merupakan pendidikan yang bersifat integratif dan
interkonektif melibatkan seluruh unsure jasmani dan rohani serta melibatkan
Allah sebagai evaluator.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku:
A Zainuddin,
Muhammad Jamhari (1999) Al-Islam 2. Bandung: CV Pustaka Setia
Ahmad Tafsir (2012) Filsafat
Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu; Memanusiakan Manusia. Bandung;
Remaja Rosdakarya
M
Solihin, M. Rosyid Anwar (2005) Akhlak Tasawwuf: Manusia, Etika dan Makna
Hidup
Muhammad
Taqi Misbah (1996) Monoteisme: Tauhid sebagai Sistem Nilai dan Akidah Islam Jakarta:
Lentera Basritama
Zulkarnain
(2008) Transformasi Nilai Nilai Pendidikan Islam; Manajemen Berorientasi
Link and Match. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Software:
Quran
In Word Versi 3.1
Maktabah
Asy-Syamilah Versi 2.0
[1]
A. Zainuddin, Muhammad Jamhari. (1999). Al-Islam 2. Bandung: CV Pustaka
Setia. h. 73
[2]
Lihat. A. Zainuddin,… Al-Islam 2,… h. 73
[3]
Lihat A. Zainuddin,… Al-Islam 2,… h. 76-77
[4]
Lihat A. Zainuddin,… Al-Islam 2,… h. 77
[5]
Lihat A. Zainuddin,… Al-Islam 2,… h. 78
[6]
M. Solihin, M. Rosyid Anwar. (2005) Akhlak Tasawwuf: Manusia, Etika dan
Makna Hidup) Bandung: Nuansa. h. 61
[7][7]
Zulkarnain. (2008) Transformasi Nilai Nilai Pendidikan Islam: Manajemen link
and Match. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 29
[8]
Lihat A. Zainuddin,… Al-Islam 2,… h. 78-79
[9]
Ahmad Tafsir. (2012). Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani
dan Kalbu; Memanusiakan Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 24-26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar