Selasa, 15 Maret 2016

PENDIDIKAN AKHLAK: LANDASAN TEORINYA MENURUT ISLAM




PENDIDIKAN AKHLAK:
LANDASAN TEORI MENURUT ISLAM


Makalah Individual
Dibuat Sebagai Salah Satu Tugas
Pada Mata Kuliah Pendidikan Akhlak
Pada Program Studi Pendidikan Islam

Dosen:
Dr. H. Uus Ruswandi, M.Pd.
Dr. Hj. Aan Hasanah, M. Ed







Oleh:
Jamal Abdul Nasir
NIM. 3.215.2.1.037




PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TA 2016




KATA PENGANTAR


بِسْمِ اللهِ الرًّحْمنِ الرًّحِيْمِ

Al-Hamdu lillahi rabbi Al-‘Alamin, Sholatun wa salamun ‘ala Rosulillah Muhammad khatam al-anbiya’i wa ar-rusuli.
Selanjutnya, saya bernama Jamal Abdul Nasir mengucapkan dengan penuh hormat kepada Prof Dr. H. Uus Ruswandi, M.Pd. dan Dr. Hj. Aan Hasanah, M. Ed - sebagai Dosen dalam mata kuliah Pendidikan Akhlak Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Islam Strata 3 – yang telah memberikan saya kepercayaan dalam membuat makalah dengan judul: Pendidikan Akhlak: Landasan Teori Menurut Islam.
Makalah ini akan dipresentasikan dalam beberapa pendekatan, 1. Presentasi dilaksanakan dalam bentuk kajian teks makalah yang akan dibagikan kepada rekan mahasiswa, 2. Presentasi akan dilakukan dengan memakai program Power Point, menjelaskan garis-garis yang dianggap menjadi core makalah, dan selanjutnya 3. Presentasi dilaksanakan dengan membuka dialog sharing, 4. Presentasi dari Dosen (sebagai konfirmasi bahasan).
Pembuatan makalah ini tentu tidak akan sepenuhnya sempurna, pasti ada kekurangan yang ditimbulkan dari berbagai sisi, maka sebab itulah saya membuka motivation critic dari semua.
Demikian Kata Pengantar ini dibuat dan disampaikan, asykuru syukron katsir ‘ala ihtimamikum.



Penyusun
Jamal Abdul Nasir

BAB I
PENDAHULUAN
Core ajaran Islam dalam diri makhluknya adalah terbentuknya makhluk yang berakhlak dan bermoral yang baik, artinya segala aktifitas dan proses dari hati, pikiran dan ucapan dengan ditopang sebelumnya dengan akar wahyu; maka tindakan berupa perilaku lah yang disebut dengan akhlak atau dalam istilah Indonesia sering dikenal dengan karakter di halayak umum, kalau di Islam istilah akhlak sudah sangat dalam dan dirasa cukup dengan akhlak.
Muhammad saw pernah mengatakan dalam salah satu haditsnya bahwa Muhammad diutus Allah swt pada intinya -dengan perantaraan Quran- adalah untuk pembentukan akhlak dalam diri makhluk Allah swt.
Islam sangat menjunjung tinggi pembentukan makhluk Allah yang sangat baik dipandangan sesame makhluk dan dipandangan Allah. Akhlak lah yang menjadi daya gerak dari perbuatan, perkataan, penerimaan iman, hasil pikiran makhluk. Maka dengan akhlak ini lah juga yang menjadikan ukuran Allah untuk dijadikannya masuk neraka ataukah masuk surge.
Namun patut untuk memberikan ihtimam pada indicator tertinggi dalam pembentukan akhlak itu, mana yang lebih cocok sebagai indicator tertinggi terbentuknya akhlak, jawabannya ada dalam salah satu hadits Muhammad yang matannya adalah sebagai berikut: “ketahuilah bahwa dalam jasmani manusia ada segumpalan daging, ketika dagingnya baik maka jasmani manusiapun akan baik, dan jika daging itu rusak maka jasmani pun akan rusak, segumpal daging itu adalah hati. Tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam hadits ini sebenarnya tidak berbicara mengenai perilaku akhlak, melainkan berbicara mengenai kesehatan hati, dan terbukti memang jika hatinya kotor secara kesehatan akan menjadikan jasmani menjadi rusak, dalam ilmu medis sering disebut dengan penyakit kuning atau liver, karena hati yang rusak. Namun kemudian hadits ini diambilkan kias dengan illat yang sama, cuman perbedaannya terletak pada psikologis bukan pada pisik. Artinya akhlak yang muncul dari hati akan tertransformasikan menjadi perbuatan yang melibatkan jasmani, oleh karenanya hadits di atas ini memang satu illat dan bisa dikiaskan.
Pembicaraan akhlak ini terletak pada konsekuensi penerimaan makhluk terhadap ajaran Allah yang dibawa Muhammad saw, ketika diterima dan diaplikasikan, itulah cermin akhlak baik, dan ketika memang dilarang maka ditinggalkan, itulah cermin akhlak yang jelek yang harus ditinggalkan, dan ketika akhlak jelek malah diaplikasikan maka konsekuensi jaminan Allah yang selalu dibicarakan dalam Quran akan berbeda orientasi, contoh makhluk yang berakhlak baik maka orientasi Allah kepadanya adalah surge, adapun ketika makhluk berakhlak jelek, maka orientasi Allah kepadanya adalah neraka, artinya Allah memberikan prioritas jaminan utama kepada seluruh makhluk untuk masuk surge, karena seluruh makhluk berawal dari keimanan pada Allah dan dalam keadaan fitrah (innate nature) artinya tidak ada reword maupun hukuman, kalau dikiaskan dalam barang adalah seperti hardisk kosong berlum terisi apapun. Beda halnya ketika makhluk telah mencapai taklif hokum atau keberlakuan hokum, misal laki laki umumnya mendapat keberlakuan hokum ketika menginjak usia lima belas dan untuk perempuan ketika menginjak umur Sembilan, atau ada yang memakai hadits bahwa keberlakuan hokum Allah pada makhluknya adalah ketika pertama kalinya ihtilam atau mimpi basah sebagai tanda sudah mencapai balighnya makhluk.
Sebenarnya perintah berkahlak baik ini tidak untuk Allah tetapi untuk makhluk itu sendiri, misal antar makhluk saling berakhlak baik satu sama lain maka akan menghasilkan maslahat yang luar biasa, juga di hadapan Allah akan medapat surge, tetapi sebaliknya ketika antar makhluk berakhlak buruk maka kekacauan dan kekerasan yang terjadi dan dihadapan Allah masuk neraka. Maka dari itu sudah sepatutnya sebagai orang Islam untuk mencotoh tauladan Muhammad saw yang akhlaknya adalah akhlak Quran (kana khuluquhu al-Quran) sehingga sebagai makhluk Allah dan sebagai umat Muhammad saw bisa mengikuti jejak langkah kebenarannya dan dalam kehidupan kekal kelak langusng masuk surge tidak ada hukuman ke neraka. Amin.


BAB II
PEMBAHASAN
A.           Kosep Pendidikan Akhlak
Akhlak berasal dari kata Arab yang artinya tingkah laku, perbuatan, perangai, tabiat, watak, moral, etika, dan lingkup akhlak ini meliputi psikologis, daya pikir dan tingkah laku lahir dan batin.[1]
Akhlak menurut Ghazali adalah daya penggerak yang tertanam dalam jiwa yang akan mendorong untuk berbuat perbuatan perbuatan yang sifatnya spontanitas tanpa perlu piker piker dahulu, artinya akhlak ini merupakan tingkah laku dan perbuatan yang dikeluarkan dalam bentuk jasmani baik melalui ucapan, indera, dan segala perbuatan pisikal.[2]
Akhak adalah inti ajaran Quran dan hadits yang dibawa Muhammad saw, semua ajaran yang ada di dalamnya merupakan proses dan usaha untuk membentuk akhlak, dan tidak main main Allah dalam hal ini, Allah menjaminkan kehidupan yang layak dan kekal bagi para makhluknya yang berakhlak baik sebagai reword dan juga member kehidupan yang tidak layak dan kekal bagi para makhluknya yang berakhlak di luar tuntunan Quran dan hadits Muhammad saw, yakni jahannam, na’udzubillah min dzalik.
Tujuan akhlak ada tiga yakni 1) mendapatkan ridha Allah, 2) membentuk pribadi muslim yang sesuai Quran dan hadits, 3) mewujudkan perbuatan yang baik dan jauh jauh dari perbuatan jelek. Dengan tiga tujuan ini sebenarnya intinya terletak pada kemaslahatan hidup antar sesame makhluk Allah di dunia dan keselamatan makhluk di akhirat dan bisa mendapatkan surge yang sesungguhnya sebagai tempat hidup yang kekal.[3]
Berdasar sifatnya, akhlak bisa dibagi menjadi dua yakni 1) akhlak mahmudah (terpuji), 2) akhlak madmumah (buruk). Akhlak terpuji artinya akhlak yang ditimbulkan dari aplikasi Quran dan tauladan Muhammad saw secara keseluruhan, adapun akhlak jelek ditimbukan dari bawaan naluri makhluk dan tidak secara keseluruhan mengaplikasikan Quran dan tauladan Muhammad saw.[4]
Berdasar objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua yakni; 1) akhlak kepada Allah dan 2) akhlak kepada sesame makhluk Allah yang meliputi a) akhlak pada rasulullah, b) akhlak pada keluarga, c) akhlak pada diri sendiri, d) akhlak pada sesame makhluk (orang lain), dan e) akhlak terhadap lingkungan dan alam.[5] Dalam Akhlak Tasawwuf objek akhlak haya satu yakni membahas perbuatan manusia dan menentukan mana yang baik dan yang buruknya.[6]
            Pendidikan akhlak artinya penggemlengan diri makhluk untuk mengenal, mengetahui, memahami dan akhirnya dapat mewujudkan akhlak dari diri makhuk secara automatisasi hasil integrasi dan interkoneksi antara hati, pikiran, perkataan, indera, lantas kemudian bisa melahirkan output berupa perbuatan akhlak.
            Puncak dari pendidikan akhlak ini ada tiga yakni 1) irsyad (mampu membedakan mana perbuatan baik dan buruk), 2) taufiq (perbuatan sesuai dengan tuntunan rasulullah dalam Quran dan hadits), 3) hidayah (hobi melaksaakan perbuatan baik dan terpuji serta senantiasa menghindari segala perbuatan yang buruk dan tercela).[7]
            Lebih spesifik dan lebih religious lagi bahwa kesimpulan dari pendidikan akhlak (akhlak baik) adalah terbentuknya tiga poin dalam diri makhluk yakni 1) keimanan yang kuat pada Allah dan efek domino keimanan pada Allah yakni kepada malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan ketetapan Allah, 2) takwa sebagai kawat yang mengikat tekad perbuatan yang seharusnya diperbuat yakni perbuatan yang Qurani dan taluadan rasul, sangat takut kepada Allah dalam arti senantiasa taat sepenuhnya kepada ajaran Islam dan sangat takut untuk berbuat di luar mekanisme ajaran Islam, 3) amal baik artinya perwujudan dan aktualisasi diri dari penerimaan keimanan dan ketakwaan sepenuhnya adalah terbentuk dan lahirnya perbuatan perbuatan baik dari diri makhuk.[8]

B.            Integrasi dan Interkoneksi Pembentuk Akhlak
Akhlak terbentuk tidak dengan sendirinya, tetapi merupakan satuan dari berbagai komponen sebagai keterpaduan satu sama lain sehingga menghasilan akhlak. Analoginya seperti rangkaian komponen computer yang terdiri dari berbagai hardware seperti prosessor, motherboard, ram, hardisk, dan sebagainya yang kemudian membentuk satu unit computer yang siap dimasukan software dan akhirnya adalah pengamalan software itu yang ditimbulkan dari hasil pemaduan hardware. Ini juga yang terjadi dalam pembentukan akhlak yang dapat melibatkan berbagai komponen.
Ada tiga komponen manusia yang dapat memberikan kontribusi sangat dominan yakni 1) ruhiyah, 2) jasmaniyah, 3) fikriyah.[9]
Komponen jasmani yang terlibat langsung dalam penyusunan timbulnya akhlak yakni 1) hati (Qashr, shadr, qalb, fu’ad, syaghaf, lubb, sir), jasmani (otak, indera, dan anggota tubuh luar manusia). Adapun komponen rohani yang terlibat langsung dalam pembentukan Allah adalah 1) wahyu Allah melalui Muhammad yakni segala ajaran keimanan dalam Quran dan hadits, 2) hidayah, 3) naluri ilahiyah (keimanan) yang tertanam dalam hati. Sedangkan komponen pikiran yang memberikan pengaruh terbentuknya akhlak adalah segala materi ilmu yang sifatnya dipelajari yang kemudian masuk dalam ranah kognisi sehingga menjadikan bahan singkronisasi antara ruhiyah dan fikriyah. Kesemua komponen ini merupakan satu kesatuan yang saling mengikat satu sama lain yang lantas kemudian membentuk satu unit perangkat pembentuk akhlak yakni manusia (perangkat yang dicipatkan Allah yang begitu sempurna).
Berdasar sifat pembentukan akhlak, terdapat berbagai komponen yang saling terkait (interkonektif) untuk membentuk akhlak yakni nafsu nafsu. Para nafsu ini saling terkait satu sama lain untuk membentuk akhlak, misal untuk membentuk akhlak baik nafsu yang terlibat adalah a) nafsu kamilah yang berada dalam pikiran makhluk, nafsu ini mirip fungsinya dengan irsyad artinya kemampuan memilah dan memilih suatu yang pasti, b) nafsu radiyah artinya nafsu yang berada dalam wilayah psikologi atau ruhiyah yang terpusat dalam hati, nafsu ini muncul karena rasa humanism yang sangat tinggi, c) nafsu mulhimah, nafsu ini masih satu tipe dengan nafsu radiyah, d) nafsu mardiyah artinya nafsu keimanan yang super, disebut juga pusat nafsu yang dikendalikan dengan keimanan yang tinggi, e) nafsu muthmainnah mirip dengan nafsu radiyah dan mulhimah. Satu sama lain antar nafsu ini saling interaksi komponen, komponen nafsu kamilah yang berada dalam pikiran melakukan interaksi dengan nafsu yang berada dalam dada, satu sama lain saling interkonektif. Artinya pembentukan akhlak itu tidak dengan sendirinya terbentuk tetapi melalui penggabungan berbagai komponen hardware tubuh dan software tubuh yang telah didapatkan. Catatan bahwa apabila software tubuh itu bukan software baik, maka akhlak yang ditimbulkan pun akan tidak baik. Lebih tepatnya integrasi dan interkoneksi pembentuk akhlak bisa digambarkan dalam gambar di bawah ini;



Integrasi komponen yang dimaksud adalah integrasi hardware makhluk yakni apa yang sifatnya pisik (material) dalam diri –itulah hardware- seperti indera, akal pikiran, hati, tangan, kaki dan semua anggota tumbuh lainnya itu dinamakan hardware, fungsinya sebagai alat untuk mengaktifkan software. Software yang dimaksud tidak bersifat pisik (materi) yang terlihat langsung dalam tubuh, -walau memang internalisasi dan transformasi software itu bersifat mareri, tetapi ketika software itu terinstal maka tidak akan langsung terlihat nyata, karena ada dalam tubuh yang terjalankan karena ada hardware. Untuk software pembentuk akhlak baik ini digunakan software Quran dan hadits dan logika ijtihad berupa pengembangan dari Quran dan hadits itu sendiri. Nah dari hasil penginstalan software inilah akan bisa terbentuk berupa output akhlak baik yang akan terlihat secara pisik (materi) dan bisa juga tidak nampak. Dan dalam integrasi antar sesame hardware dan sesame software serta antar keduanya inilah yang disebut interkoneksi komponen sehingga membentuk akhlak. Lebih jauh lagi dari akhlak ini kemudian ada evaluasi dari Allah berupa hisab (istilah Islam) di satu tempat bernama Mahsyar, semua makhluk akan dikumpulkan Allah dan kemudian dikasihkanlah buku accounting hasil perbuatan (akhlak) di dunia selama hidup. Di waktu itu pula singkronisasi data keseluruhan hidup di dunia telah dicopy Allah untuk dihitung, ketika akhlak perbuatan yang dilaksanakan makhluk itu baik maka rewordnya surge Allah, di sinilah waktu kekal dimulai, setelah kehidupan kekal ini dimulai, jasad dan ruh disatukan kembali sehingga berbentuk unit mesin (integrasi dan interkoneksi hardware) hanya saja pada waktu ini (pasca dunia) software yang digunakan adalah bebas dan tidak terikat hokum di dunia (Quran hadits dan ijtihad), inilah reword Allah yang terbesar untuk makhluknya.
Itu maksud dari makna integrasi dan interkoneksi, ada yang beroperasi dalam diri makhuk dan kehidupan dunianya, ada yang bermakna integrasi dan interkoneksi lintas dunia artinya vertical antara Allah dan makhluknya.

C.           Landasan Teori Akhlak Perspektif Islam
Berbicara tentang akhlak baik artinya berbicara keseluruhan ajaran Quran dan hadits, banyak dalil Quran dan hadit mengenai keagungan akhlak dan tuntutan untuk berakhlak baik; artinya inti dari ibadah sebenarnya berbuat baik (berakhlak baik) yang indicator kebaikannya itu diukur oleh Quran dan hadits.
Prinsip yang harus dipegang sebagai landasan teori adalah hakikat penciptaan makhuk terutama manusia sebagai penghamba Allah, artinya hidup manusia hanya beribadah saja, apapun aktifitasnya harus dijadikan nilai ibadah yang sesuai Quran dan hadits, nah kesesuaian perbuatan dengan Quran dan hadits inilah yang disebut dengan akhlak baik, dan ketidak sesuaian dengan Quran dan hadits yang disebut akhlak buruk.
Landasan Ubudiyah
Dalam Quran dipaparkan fungsi dan tujuan makhluk yang bernama manusia dicipatakan di bumi;
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: Aku (Allah) tidak pernah ingin menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku (Allah). (QS. Az-Zariyat: 56).
Landasan Quraniyah
Rasulullah Muhammad saw adalah contoh tauladan yang dijamin Allah surge baginya;
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ قَالَ حَدَّثَنَا مُبَارَكٌ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامِ بْنِ عَامِرٍ قَالَ أَتَيْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَخْبِرِينِى بِخُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. قَالَتْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ (وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ) قُلْتُ فَإِنِّى أُرِيدُ أَنْ أَتَبَتَّلَ. قَالَتْ لاَ تَفْعَلْ أَمَا تَقْرَأُ (لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ) فَقَدْ تَزَوَّجَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَقَدْ وُلِدَ لَهُ.                    
Arti matan: Saad bin Hisyam bertanya pada Aisyah: wahai ibunya pada mukminin kabarkan kepadaku mengenai akhlak Rasulullah saw, Aisyah menjawab; akhlaknya adalah akhlak Quran, adapun kalau dalam Quran rasul disebut sebagai akhlak yang agung,… (HR. Ahmad).

Landasan Uswah Hasanah
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Artinya; dalam diri Rasulullah terdapat tauladan yang baik. (QS. Al-Ahzab: 21).
Landasan Nadhafah
Dalam satu hadits dikatakan bahwa titik pembentuk akhlak dan menjadi efek domino terhadap komponen jasmani lainnya seperti akal dan indera adalah hati, ketika hati bermaksud baik, insyallah perbuatan dan pikirnya baik;
- أخبرنا أبو محمد جناح بن نذير بن جناح المحاربي بالكوفة ثنا أبو جعفر محمد بن علي بن دحيم ثنا أحمد بن حازم أنا يعلى بن عبيد والفضل بن دكين قالا ثنا زكريا بن أبي زائدة ح وأخبرنا أبو عبد الله الحافظ ثنا أبو بكر بن إسحاق إملاء أنا موسى بن الحسن بن عباد وعمرو بن تميم الطبري قالا حدثنا أبو نعيم قال ثنا زكريا عن الشعبي قال سمعت النعمان بن بشير يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم : يقول الحلال بين والحرام بين وبينهما مشتبهات لا يعلمها كثير من الناس فمن اتقى الشبهات استبرأ لعرضه ودينه ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يواقعه ثم ان لكل ملك حمى ألا وإن حمى الله محارمه ألا إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وان فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب رواه البخاري في الصحيح عن أبي نعيم الفضل بن دكين وأخرجه مسلم من أوجه عن زكريا بن أبي زائدة                              
            Arti matan; “ketahuilah bahwa dalam jasmani manusia ada segumpalan daging, ketika dagingnya baik maka jasmani manusiapun akan baik, dan jika daging itu rusak maka jasmani pun akan rusak, segumpal daging itu adalah hati. (HR. Baihaqi).
            Oleh karena itulah orang NU sering kali menginginkan perubahan pertama yang ditarget dalam diri manusia adalah hati, sering sekali dalam doa orang orang NU Tua ini doa doa yang diambil dari qashidah seperti salah satunya adalah doa untuk kelembuatan hati manusia agar taat pada Allah dan rasul berikut;
والف قلوب العالمين جميعها على رسالة النور واعطها القبول بشلمهت
Artinya; dan lembutkanlah hati hati semua makhluk di alam raya, dengan risalah cahaya (wahyu Allah), berikanlah ijabah dengan namamu syalmahat.
Landasan sabab wa ta’tsir
Berakhlak baik sebenarnya tidak dibutuhkan Allah, tetapi untuk makhluk itu sendiri, baik kemaslahatannya di dunia maupun meraih surganya Allah;
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا
Siapa saja berbuat baik maka itu untuk dirinya sendiri, dan begitupun ketika berbuat jelek maka dampaknya untuk dirinya juga. (QS. Fushilat: 46).
Landasan Madah
Berakhlak baik atau berbuat suatu kebaikan adalah pemberat timbangan amal saleh di saat hisab kelak, Allah menghitung segala apa yang telah diperbuat makhluk walau sekecil apapun;
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Artinya; siapa saja berbuat baik sekecil apapun, Allah melihat perbuatan itu, dan sebaliknya siapa berbuat jelek sekecil apapun Allah melihatnya. (QS. Al-Zalzalah: 7-8).
Hadits yang dijadikan landasan teori pendidikan akhlak baik ini, saya ambil salah satu hadits mengenai integrasi dan interkoneksi kehidupan dengan alam kiamat berikut;
نا نعيم قال : نا ابن المبارك قال : أنا أبو بكر الهذلي ، عن سعيد بن جبير ، عن عبد الله بن مسعود قال : « يحاسب الناس يوم القيامة ، فمن كانت حسناته أكثر من سيئاته بواحدة دخل الجنة ، ومن كانت سيئاته أكثر من حسناته بواحدة دخل النار » ، ثم قرأ ( فمن ثقلت موازينه فأولئك هم المفلحون ومن خفت موازينه فأولئك الذين خسروا أنفسهم (1) ) ثم قال : « إن الميزان يخف بمثقال حبة ، أو يرجح ، قال : ومن استوت حسناته وسيئاته كان من أصحاب الأعراف ، فوقفوا على الصراط ، ثم عرفوا أهل الجنة ، وأهل النار ، فإذا نظروا إلى أهل الجنة نادوا سلام عليكم ، وإذا صرفوا أبصارهم إلى يسارهم نظروا إلى أصحاب النار ، قالوا : ( ربنا لا تجعلنا مع القوم الظالمين (2) ) فتعوذوا بالله من منازلهم ، قال : فأما أصحاب الحسنات فإنهم يعطون نورا يمشون به بين أيديهم وبأيمانهم ، ويعطى كل عبد يومئذ نورا ، وكل أمة نورا ، فإذا أتوا على الصراط سلب الله نور كل منافق ومنافقة ، فلما رأى أهل الجنة ماذا لقي المنافقون قالوا : ( أتمم لنا نورنا (3) ) وأما أصحاب الأعراف فإن النور كان في أيديهم ، ومنعتهم سيئاتهم أن يمضوا بها ، فبقي في قلوبهم الطمع ، إذ لم ينزع النور من أيديهم ، فبذلك يقول الله تبارك وتعالى : ( لم يدخلوها وهم يطمعون (4) ) فكان الطمع النور في أيديهم ، ثم أدخلوا بعد ذلك الجنة ، وكانوا آخر أهل الجنة دخولا » ، قال : وقال ابن مسعود وهو على المنبر : « إن العبد إذا عمل حسنة كتب له بها عشرا ، وإذا عمل سيئة لم يكتب عليه إلا واحدة ، ثم يقول : هلك من غلبت وحداته أعشاره »                                                                                
Artinya matan; manusia akan dihisab di hari kiamat, siapa saja akhlak baiknya lebih banyak dari pada akhlak buruknya (walau hanya beda satu persen saja) maka masuk surge, dan siapa saja akhlak buruknya lebih besar dari pada akhlak baiknya (walau satu persen) maka masuk neraka. (HR. Baihaqi).
Inti landasan teori mengenai pentingnya pendidikan akhlak ini adalah sebagai berikut;
a.       Makhluk Allah diciptakan untuk beribadah kepada Allah
b.      Hasil dari ibadah dalam setiap kehidupan itulah yang disebut perbuatan akhlak
c.       Akhlak adalah inti dari ibadah dan akan dipertanggung jawabkan
d.      Semua komponen yang ada dalam diri manusia merupakan satu kesatuan dalam membentuk akhlak
e.       Akhlak baik adalah jaminan masuk surgenya Allah walau hanya selisih satu persen saja dalam penghitungan timbangan.

D.           Isu Isu Pergeseran Orientasi Akhlak Kontemporer
Pergeseran orientasi akhlak Quran dan hadits sekarang ini sudah marak terjadi, tidak dapat dielakkan terhadap keberadaannya. Sering kali komponen pembentuk akhlak sebagaimana dijelaskan di atas, sekarang ini saling dikotomi dan bahkan kontradiksi satu komponen dengan komponen lain.
Dalam Quran sering kali didengar dan bahkan semuanya sudah mafhum akan dalil ini;
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: Aku (Allah) tidak pernah ingin menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku (Allah). (QS. Az-Zariyat: 56).
Core pencipataan makhluk seperti di atas ini (manusia dan jin) memang Allah ciptakan untuk beribadah kepada Allah saja, dan indicator apa saja yang bisa dimasukan dalam kategori ubudiyah; jawabannya adalah segala apapun yang ditemui dalam kehidupan harus merupakan bentuk pengibadahan kepada Allah swt, bagaimana caranya; Allah telah turunkan Quran melalui pengutusan Muhammad, inilah sumber dan kaifiyah bagaimana hidup untuk ibadah, dan inti dari ibadah semuanya terletak pada pengupayaan untuk menjelmakan, membentuk akhlak dalam diri makhluk;
أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ يُوسُفَ الأَصْبَهَانِىُّ أَنْبَأَنَا أَبُو سَعِيدِ بْنُ الأَعْرَابِىِّ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ : مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْمَرْورُّوذِىُّ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنِى مُحَمَّدُ بْنُ عَجْلاَنَ عَنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ ». كَذَا رُوِىَ عَنِ الدَّرَاوَرْدِىِّ.                                                                                      
Arti matan; Aku (Rasul) diutus untuk mengutamakan pembentukan akhlak baik. (HR. Baihaqi).
Kembali lagi pada bahasan pergeseran orientasi di atas, bahwa kebanyakan kejadian yang tengah terjadi dalam kehidupan makhluk terutama manusia adalah pergeseran orientasi dari prinsip hidup untuk ibadah bergeser menjadi hidup untuk ‘adzabah. Sering kali alasan makhluk -memprioritaskan dan mendikotomikan serta tidak melakukan integrasi dan interkoneksi komponen manusia dalam membentuk akhlak baik- adalah karena kebutuhan hidup dunia, mereka sering kali mengkonstruk dalil Allah sebagai pengingat bahwa hidup ibadah untuk akhirat tidak berarti melupakan nasibnya saat di dunia, ini salah arti, padahal arti dalam dalil ini sebenarnya adalah penegasan dan penguat bahwa akhirat adalah kehidupan kekal, dalam kalimat selanjutnya dilakukan pengingatan untuk tidak melupakan nasibnya ketika pergi dari dunia (min ad-dunya) bukan memakai huruf fi (dalam) dan sebagainya yang berorientasi dalam dunia. Artinya apa, pergeseran mulai dari salah paham penerimaan software saja sudah banyak terjadi, tadi di atas dijelaskan pula pergeseran –lebih pasnya pendikotomian- antara komponen satu dan lainnya. Contoh komponen hati berlainan dengan komponen akal pikiran, berbeda dengan komponen indera, berbeda dengan komponen yang lainnya –ini semua dikotomi dan tidak sama sekali saling interkoneksi; padahal dalam Islam –sebagaimana tergambar dalam gambar bentuk integrasi dan interkoneksi di atas, jelas bahwa konsep ubudiyah makhluk adalah integratif dan interkonektif.
Jelasnya dalam Islam lebih pas dengan istilah Islam hati, Islam akal, Islam Perbuatan, artinya semua komponen bermula dari software yang diinstal bermula pada hati dan pikiran melalui pengajaran, lantas kemudian dapat membentuk output yang selaras dengan isi hati dan isi pikiran dalam bentuk perbuatan, nah perbuatan inilah yang disebut dengan akhlak. Ternyata jasmani dan ruhani makhluk itu terlibat langsung dalam ubudiyah pada Allah yakni terbentuknya pribadi yang berakhlak baik secara automatis sebagaimana tamsil di atas pada unit computer.
Kesimpulannya bahwa isu mengenai pergeseran orientasi ubudiyah dan pergeseran akhlak ada beberapa sebab yakni;
a)      Software iman yang gagal install atau tidak sempurna instalnya
b)      Hardware yang sangat terbuka untuk dijadikan overclocking komponen lain sehingga software bercampur (artinya software Quran dan hadits serta ijtihad ditambah lagi dengan software makhluk) dan ditambah dengan antivirus yang kurang kuat menangani berbagai software yang masuk
c)      Ketidaktahuan makhluk akan inti ibadah sehingga fungsi integrative serta interkonektifnya komponen dalam diri makhluk kacau
d)     Godaan virus (syetan) yang tiap detik akan menggota makhuk Allah.
Akibat yang dapat ditimbulkan dari keadaan yang tidak sesuai atau agak menyeleweng dari Allah dan rasul adalah mendapatkan dosa, dan menghalangi jalan untuk pembentukan akhlak baik. Dalam Al-Islam 2 disebutkan bahwa indicator dosa (akhlak jelek) itu adalah sebagai berikut;
a.       Adanya sifat rububiyah dalam diri makhluk. Sifat rububiyah Allah seperti sombong, takabur, cinta pujian dan sanjungan, cinta keabadian dan suka mencari ketinggian diri; semuanya jika adalah dalam diri makhluk akan menjadikan pendorong terbentuknya dosa dosa besar oleh makhluk, oleh karena itu cukup Allahlah yang memiliki sifat rububiyah, manusia bukan untuk memilikinya tetapi untuk beribadah kepada Allah.
b.      Adanya sifat syaithaniyah dalam diri makhluk. Sifat setan ini seperti kedengkian, kezaliman, penipuan, pengelabuan, ajakan kerusakan dan kemungkaran, kecurangan, kemunafikan, kebohongan; semuanya termasuk indicator terbentuknya dosa dosa besar
c.       Adanya sifat bahimiyah dalam diri makhluk. Sifat hewan ini seperti rakus, tamak terhadap pemenuhan syahwat perut dan kemaluan yang lantas memicu terjadinya zina, homoseksual, lesbian, transjender dan biseksual; pencurian, memakan harta anak yatim dan menumpuk harta dunia untuk pemenuhan syahwat; semuanya merupakan indicator dosa besar
d.      Adanya sifat sabu’iyah dalam diri makhluk. Sifat buas ini seperti marah, benci, menyerang makhluk dengan pukulan, caci maki, membunuh, menyakiti, merusak- semuanya merupakan indicator dosa besar.
Indicator penghalang akhlak baik di atas memang sulit dibuang dalam diri makhluk terutama manusia yang diwajibkan Allah untuk ibadah dalam upaya membentuk akhlak baik, upaya menghilangkannya adalah hanya bisa ditempuh dengan reorientasi hidup dan pemaduan serta penginterkoneksian komponen komponen tumbuh makhluk dan penginstallan ulang (reinstall) software agar baru kembali dan memulai lembar baru dengan jalan taubat nasuha;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ   
            Maksud arti taubat nasuha adalah taubat yang sebenar benarnya, artinya segala bentuk dosa dan akhlak buruk- semuanya tidak diulangi dan berganti dengan hidup focus ibadah dan selalu tanpa henti henti berbuat dengan akhlak baik secara automatis, ini taubat nasuha. Walaupun dalam mahsyar kelak ada hisab antara akhlak baik dan buruk tetapi Allah janjikan ketika makhluk taubat nasuha, maka mudah mudahan –kata Allah- memasukannya dalam surge.

BAB III
KESIMPULAN

Akhlak merupakan tingkah laku yang material terlihat oleh oleh indera dan terlihat enak oleh rasa dan terlihat secara sir oleh Allah. Akhlak adalah inti dari ibadah. indicator keberhasilan meraih akhlak baik ini adalah pengamalan ajaran dalam Quran dan meneladani gaya dan mekanisme hidup rasulullah saw. Allah tidak membutuhkan akhlak baik makhluk, tetapi makhluklah yang membutuhkan dan berkepentingan terhadap nasibnya terlebih di akhirat dan umumnya dapat menjalankan hidup tentram dalam dunia.
Pendidikan akhlak sangat urgen untuk dilakukan dalam kehidupan makhluk khususnya manusia, selain sebagai tuntutan Allah untuk menyampaikan hidayah-Nya kepada seluruh manusia, juga sebagai jaminan kehidupan makhluk dalam alam kekal.
Landasan teori yang dipakai dalam pendidikan akhlak baik ini adalah Quran surat Az-Zariyat:56 (ketetapan ubudiyah), HR. Ahmad (tauladan akhlak Quran), surat Al-Ahzab: 21 (tauladan Muhammad saw), HR Baihaqi (kesehatan ruh dan jamani), surat Fushilat: 46 (prinsip menanam-memanen), HR. Baihaqi (hisab akhlak baik-akhlak buruk).
Sebagai catatan bahwa pembentukan akhlak baik melibatkan seluruh komponen tubuh baik nampak maupun tidak nampak, ada tiga komponen mayor dalam tubuh yang menjadi hardware pembentuk akhlak baik yakni hati, akal pikiran dan tubuh material luar sebagai penggerak perbuatan; adapun software untuk diinstall dalam hardware ini (untuk membentuk akhlak baik) adalah Quran dan hadits serta pengembangan keduanya (ijtihad). Ketika hardware dan software bekerja, maka outputnya dipastikan adalah akhlak baik, adapun evaluasinya langsung oleh Allah dalam mahsyar dengan prinsip copy file history perbuatan dalam hardisk makhluk.
Intinya pendidikan akhlak baik ini merupakan pendidikan yang bersifat integratif dan interkonektif melibatkan seluruh unsure jasmani dan rohani serta melibatkan Allah sebagai evaluator.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
A Zainuddin, Muhammad Jamhari (1999) Al-Islam 2. Bandung: CV Pustaka Setia
Ahmad Tafsir (2012) Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu; Memanusiakan Manusia. Bandung; Remaja Rosdakarya
M Solihin, M. Rosyid Anwar (2005) Akhlak Tasawwuf: Manusia, Etika dan Makna Hidup
Muhammad Taqi Misbah (1996) Monoteisme: Tauhid sebagai Sistem Nilai dan Akidah Islam Jakarta: Lentera Basritama
Zulkarnain (2008) Transformasi Nilai Nilai Pendidikan Islam; Manajemen Berorientasi Link and Match. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Software:
Quran In Word Versi 3.1
Maktabah Asy-Syamilah Versi 2.0


[1] A. Zainuddin, Muhammad Jamhari. (1999). Al-Islam 2. Bandung: CV Pustaka Setia. h. 73
[2] Lihat. A. Zainuddin,… Al-Islam 2,… h. 73
[3] Lihat A. Zainuddin,… Al-Islam 2,… h. 76-77
[4] Lihat A. Zainuddin,… Al-Islam 2,… h. 77
[5] Lihat A. Zainuddin,… Al-Islam 2,… h. 78
[6] M. Solihin, M. Rosyid Anwar. (2005) Akhlak Tasawwuf: Manusia, Etika dan Makna Hidup) Bandung: Nuansa. h. 61
[7][7] Zulkarnain. (2008) Transformasi Nilai Nilai Pendidikan Islam: Manajemen link and Match. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 29
[8] Lihat A. Zainuddin,… Al-Islam 2,… h. 78-79
[9] Ahmad Tafsir. (2012). Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu; Memanusiakan Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 24-26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar