Minggu, 28 Agustus 2016

Gunung Everest (Erevets)



8 Fakta Gunung Everest

Siapa yang tak tahu gunung Everest, predikatnya sebagai gunung tertinggi di dunia tentu telah membuat salah satu puncak di pegunungan Himalaya ini menjadi terkenal di seantero dunia. Belakangan popularitasnya juga semakin meningkat, usai beberapa waktu lalu. sebuah kisah pendakian gunung ini diangkat ke dalam film layar lebar.
Dengan popularitas dan statusnya sebagai yang tertinggi, tentu saja gunung ini sering menjadi impian terliar dari para petualang dunia. Beberapa diantaranya kemudian beruntung bisa menginjakkan kaki di tanah tertingginya, namun kebanyakan akhirnya hanya menjadi mimpi belaka, karena banyak sekali rintangan-rintangan yang harus dihadapi untuk mendaki gunung ini, terutama soal masalah biaya pendakian yang sangat mahal.
Agar kita bisa mengenal lebih dekat serta menambah pengetahuan tentang gunung tertinggi dunia ini, berikut ada 8 fakta gunung Everest;
1. Mereka yang pertama mencapai puncak Everest
Tahun 1953, pendaki asal Selandia Baru bernama Edmund Hillary bersama seorang Sherpa bernama Tenzing Norgay menjadi 2 orang pertama yang sukses menginjakkan kaki di punyak Everest.
Sedangkan menurut beberapa sumber yang penulis baca, orang Indonesia sekaligus orang Asia Tenggara pertama yang tercatat pernah menginjakkan kaki di puncak Everest masih diperdebatkan banyak pihak, antara seorang pendaki wanita bernama Clara Sumarwati dan Anggota Kopassus Serka Asmujiono.
Clara Sumarwati berhasil mencapai puncak Everest pada September 1996, namun karena kurangnya bukti, terutama foto ketika dirinya memgang bendera di puncak Everest, banyak pihak kemudian menyangsikan kisah pencapaian Ibu Clara. Terlepas dari kontroversi tersebut, dari berbagai sumber pencatatan dunia, Clara diakui sebagai penakluk puncak Everest ke-836. Masyarakat pendaki gunung internasional pun sudah maklum bahwa Clara adalah orang Indonesia dan juga orang Asia Tenggara pertama yang sampai ke puncak Everest.
Sedangkan Serka Asmujiono tercatat berhasil mengibarkan merah putih di puncak tertinggi dunia itu pada April 1997, saat mengikuti misi ekspedisi puncak Everest yang diprakarsai Danjen Kopassus saat itu, yakni Prabowo Subianto.
Terlepas dari kontroversi siapa orang Indonesia pertama yang mencapai puncak Everest, kita patut bangga, karena berkat perjuangan mereka, bendera Merah Putih bisa berkibar di puncak tertinggi dunia, dan Indonesia menjadi negara Asia Tenggara pertama yang berhasil melakukan itu.
2. Ketinggian Everest yang super
Gunung yang termasuk dalam rangkaian pegunungan Himalaya di wilayah Nepal ini punya ketinggian 8.848 meter, yang mana sama dengan ketinggian terbang rata-rata sebuah pesawat penumpang.
Jika angka itu belum memunculkan imajinasi pikiranmu tentang betapa tingginya gunung ini, coba bayangkan bus bertingkat dua ditumpuk-tumpuk di bagian atasnya hingga mencapai 643 unit bus. Setinggi itulah gunung Everest!
3. Statistik jumlah pendaki Everest
Hingga saat ini, jumlah pendaki yang telah berhasil mendaki gunung Everest ada sekitar 3000 orang. Sedangkan korban yang meninggal baik saat sedang mendaki maupun setelah pulang ada sebanyak 210 orang.
4. Antrian di gunung Everest
Meski statusnya sebagai gunung tertinggi di dunia, tidak berarti gunung Everest tidak bisa dipenuhi banyak orang. Banyak orang melaporkan, jika mereka harus terlibat ke dalam antrian saat mendaki di beberapa bagian gunung Everest.
5. Pendaki tertua
Pada bulan Mei tahun 2013, seorang pendaki yang pada saat itu berusia 80 tahun asal Jepang bernama Yuichiro Miura, tercatat sebagai pendaki tertua tertua yang pernah mendaki Everest.
6. Pendaki termuda
Sedangkan yang termuda adalah Jordan Romero asal Amerika Serikat yang berusia 13 tahun saat mendaki gunung Everest di tahun 2010.
7. Pendaki wanita pertama
Pada tahun 1975, seorang pendaki wanita asal Jepang bernama Junko Tabei mencatatkan sejarah sebagai pendaki wanita pertama yang mencapai puncak Everest.
8. Perlu biaya besar untuk mendaki Everest
Sebagai gunung tertinggi dunia dengan medan pendakian yang ekstrem, tentu saja butuh banyak biaya untuk dapat mendaki gunung ini. Menurut kabar yang beredar, jika kamu ingin mendaki Everest, minimal kamu harus mengantongi uang sebesar £50,000 atau setara 1 milyar Rupiah (kurs November 2015). Gila kan, untuk bisa mendaki gunung ini, kita harus jadi milyarder dulu, hihi.
Itulah 8 fakta gunung Everest yang perlu kamu tahu, semoga bermanfaat dan menambah wawasan tentang dunia pendakian dan petualangan. Salam lestari
Keterangan :
Informasi dalam tulisan ini diambil dari salah satu artikel bbc.co.uk, dengan beberapa penambahan dan pengurangan materi oleh penulis.
Sumber foto : pixabay.com

Jumat, 05 Agustus 2016

Bumi itu bulatnya kayak piring, bukan kayak bola sepak


Diambil dari pandaimatematika.com


Ilmu pengetahuan mengajarkan, Bumi berbentuk seperti bola. Meski tak bulat sempurna, ada tekanan di sepanjang sumbu dari kutub ke kutub sehingga terdapat tonjolan di sekitar khatulistiwa.

Tapi, bagaimana jika yang diajarkan pada kita salah, dan ternyata Bumi itu ternyata datar seperti piring, bukan bulat? Apakah akan ada perbedaannya bagi kita?

Dan apakah benar orang bisa jatuh dari pinggirannya? Konon, sejumlah pelaut pada masa lalu, termasuk sejumlah awak kapal penjelajahan Columbus didera kekhawatiran, mereka berlayar terlalu jauh dan jatuh dari tepian Bumi.

Sebaliknya, matematikawan Yunani Kuno telah membuktikan bahwa bumi itu bulat, bukan datar. Adalah Pythagoras pada Abad ke-6 Sebelum Masehi, pencetus awal ide tersebut.

"Seandainya Bumi tidak bulat melainkan datar seperti piring...dengan kepadatan dan ketebalan yang tepat, hidup di tengah-tengahnya terasa sangat normal (seperti yang kita rasakan saat ini)," kata Michael Stevens, dalam serial Vsauce di YouTube.

Kehidupan akan berpusat di tengah Bumi. "Namun, jika Anda bergerak ke tepian, gravitasi di piringan Bumi tidak simetris, condong, mendorong makin kuat."

Video tersebut juga menunjukkan, apa yang bakal terjadi jika seseorang berlari menuju tepian Bumi. Rasanya seperti menaiki tangga yang teramat curam.

Mungkin tak sampai bikin mati, tapi ia pastilah amat kelelahan dan didera kekhawatiran bakal terpelanting ke belakang -- ke tengah planet manusia.

Stevens juga menyebut seseorang tak mungkin jatuh dari piringan Bumi. Berkat gaya gravitasi! Dia menambahkan, ujung dunia berbentuk datar. Dekat dengan angkasa, sehingga orang yang ada di sana serasa terbang dengan pesawat.

'NASA Rajanya Konspirasi'

Meski terdengar menggelikan, sejumlah orang yang tergabung dalam kelompok Flat Earth Society yakin benar, planet manusia bentuknya datar.

Ini yang jadi alasan mereka: saat berjalan di atasnya, permukaan planet ini tampak atau terlihat dan terasa datar. Oleh karena itulah mereka menepis semua bukti yang menunjukkan Bumi itu bulat, seperti halnya foto-foto Bumi dari luar angkasa. Menurut mereka, itu tak lebih dari rekayasa konspirasi pendukung bahwa bumi bulat yang diatur oleh Badan Antariksa AS (NASA) dan badan pemerintah lainnya. Sebuah konspirasi tingkat tinggi.

Foto-foto Bumi, kata mereka, diolah memakai photoshop. Peralatan GPS pun direkayasa. Tujuannya, mereka belum menyimpulkan, namun diduga motif keuangan.

Salah satu teori terkemuka mereka menyebut Bumi serupa piringan, di mana Lingkaran Arktik berada di pusatnya, sementara Antartika, sebuah dinding es setinggi 150 kaki atau 45,7 meter, berada di pinggirannya.

Mereka mengklaim, NASA mempekerjakan sejumlah orang untuk menjaga ketat dinding es ini, mencegah siapapun memanjatnya dan terjatuh dari piringan bumi.

Sementara siklus siang dan malam Bumi dijelaskan sebagai berikut: matahari dan bulan adalah benda berbentuk bulat berdiameter 51 kilometer, yang berputar di ketinggian 4.828 kilometer di atas bumi yang datar. Seperti lampu sorot, bola-bola langit itu menerangi bagian yang berbeda dari planet dalam siklus 24 jam. Para pendukung teori ini juga yakin ada obyek tak terlihat bernama "antimoon" (anti-Bulan) yang bertanggung jawab mengaburkan bentuk Bulan, menjadi bulan sabit misalnya.

Lebih jauh lagi, bagi mereka, gravitasi bumi tak lain tak bukan adalah ilusi. Daya tarik bumi, menurut mereka, tidak mempercepat benda ke bawah, namun piringan bumi lah yang mempercepat gerak benda 9,8 meter per detik kuadrat, didorong oleh kekuatan yang dinamakan "energi gelap".

Sementara, apa yang ada di bawah piringan Bumi belum diketahui, mereka yang yakin bumi itu datar, menduga dasar Bumi dibentuk dari batu.

Cara berpikir kelompok Flat Earth Society mengikuti cara pikir "Metode Zetetic", metode ilmiah alternatif yang berkembang pada Abad ke-19.

"Pada dasarnya metode ini menekankan pada rekonsiliasi antara empirisme dan dan rasionalisme, dan membuat kesimpulan logis berdasarkan data empiris," kata wakil ketua Flat Earth Society, Michael Wilmore asal Irlandia pada situs sains, Life's Little Mysteries.

Detail yang mereka mungkin konyol dan seperti gurauan, namun para pendukungnya benar-benar menganggapnya sebagai model astronomi yang lebih masuk akal daripada yang bisa ditemukan dalam buku teks. Singkatnya, mereka tidak sedang membuat lelucon.